Makalah Sosial Budaya Indonesia
MAKALAH
SOSIOLOGI
SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN DAN KONSEP TENTANG REALITA SOSIAL BUDAYA
DOSEN PENGAJAR : Drs.H.WAHYU SUBADI,MSI
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK II
ACHMAD ABDUL
SHOKHEH
NIM
: 215.057.20202.0279
YUSUF SUPRIANTO
NIM
: 215.057.20202.0282
WIDIA ANDINI
PARAMITA SARI
NIM
: 215.057.20201.2046
IZZATUL HIDAYATI
NIM : 215.057.20201.2201
RADHA NORLIANI
NIM
: 215.057.20201.2211
SOLEKHAH EKA
PRATIWI
NIM
: 215.057.20202.0308
SRI INDARTI
NIM
: 215.057.20201.2069
LISA OKTAVIANI
NIM
: 215.057.20201.2053
MEIDI
NURLITA
NIM : 215.057.20202.0278
STIA TABALONG
TAHUN 2015
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr,Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas izin dan kuasa Nya-lah kami bisa menyelesaikan makalah, yakni berupa makalah
dengan judul “Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan Dan
Konsep Tentang Realita Sosial
Budaya”.
Dalam
penyusunan makalah ini kami mengalami berbagai hambatan, namun hambatan itu
bisa kami lalui karena pertolongan Allah dan kerja sama antar rekan-rekan. Oleh
karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih dari jauh dari sempurna, baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Kami
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Wassalamualaikum
Wr,Wb.
Tanjung, 24 November 2015
Penyusun
Kelompok II
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................................... ii
Daftar Isi
............................................................................................................................. iii
BAB 1 PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
.........................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah .................................................................................................... 3
C. Tujuan
penulisan ...................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sosiologi ................................................................................................ 4
B. Sosiologi
Sebagai Ilmu............................................................................................. 7
C. Landasan
Sosiologi
................................................................................................. 9
D. Ruang Lingkup Dan Fungsi Kajian Sosiologi
........................................................ 9
E. Masyarakat Indonesia Sebagai
Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional.. 11
F. Sosiologi sebagai Ilmu Sosial
.................................................................................. 13
G. Kegunaan Ilmu Sosiologi bagi jurusan
Hubungan Internasional ............................ 13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
........................................................................................................................ 16
Saran-Saran
........................................................................................................................ 16
Daftar
Pustaka
.................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Sosiologi pertama kali dikenalkan oleh Auguste
Comte (tetapidalam catatan Sejarah, Emile Durkheim lah yang melanjutkan
‘istilah’ tersebutdan menerapkannya menjadi sebuah disiplin ilmu). Sosiologi
berasal dari gabungan 2 kata dalam bahasa Latin yaitu Socius yang artinya teman
dan Logos yang artinya ilmu. Secara keseluruhan, Sosiologi berarti ilmu yang
mempelajari masyarakat.
Masyarakat sendiri adalah kelompok atau gabungan dari
individu yang saling berhubungan, berbudaya, dan memiliki kepentingan yang
relatif sama.Sosiologi bertujuan untuk mempelajari masyarakat dengan
meneliti/mengamati dan menarik kesimpulan dari perilaku masyarakat, khususnya
perilaku atau pattern sosial manusia.
Sosiologi tergolong ilmu yang fleksibel. Hal ini bisa
dilihat dari sifatnya yang tersusun dari penelitian-penelitian ilmiah yang
bersifat kaku namun bisa dikritik oleh publik karena sosiologi adalah ilmu yang
berisi tentang pengetahuan kemasyarakatan, oleh karena itu selalu dinamis dan
dapat diubah-ubah sesuai dan seiring dengan perkembangan yang terjadi di dalam
objek penelitiannya (masyarakat).
Sosiologi sendiri muncul akibat tekanan/ancaman yang
dirasakan oleh masyarakat terhadap hal-hal dan nilai-nilai yang selama ini
sudah dianggap benar dan nyaman dalam tatanan kehidupan mereka, khususnya dalam
bidang sosial.Renungan sosiologis dimulai ketika masyarakat mulai mengalami
goncangan/krisis terhadap nilai-nilai dan prinsip hidup yang mereka pegang,
atau “threats to the taken-for-granted world”,
Menurut Max
Weber :
Menurut Max Weber, sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari tindakan sosial. Namun, hal ini tidak berarti semua tindakan yang
dilakukan manusia tergolong tindakan sosial. Tindakan sosial adalah sebuah
tindakan yang dilakukan atas dasar perilaku orang lain dan berorientasi pada
perilaku orang lain. Dengan kata lain, tindakan sosial adalah tindakan yang
diambil menyangkut dan mengarah pada orang lain.
Peta dunia tentang kemakmuran dan kemajuan umat
manusia berkembang dan bergeser dari yang diwarnai penguasaan/kekayaan akan
Sumber Daya Alam (SDA) kepada pemilikan Sumber Daya Alam (SDA) yang bermutu.
Tidak diragukan lagi bahwa mutu SDM merupakan fungsi pendidikan, dalam arti
bahwa bangsa yang memiliki sistem pendidikan bermutu akan menjadi bangsa yang
maju dan makmur, dan sebaliknya. Ada korelasi positif antara struktur penduduk
berdasarkan pendidikan dengan tingkat pendidikan yang dicapai. Selanjutnya bisa
dilihat bahwa antara mutu pendidikan dengan tingkat kemakmuran terdapat
hubungan yang saling menguatkan.
Pada level individu, pendidikan merupakan proses
sosialisasi dan pembudayaan melalui interaksi dengan lingkungan, yang
menghasilkan pribadi-pribadi utuh yang menempati status tertentu dalam struktur
sosialnya. Pendidikan merupakan proses pelestarian dan perubahan budaya.
Melalui pendidikan, berlangsung pewarisan komponen-komponen budaya yang telah
dibina dan dipelihara secara turun temurun, namun sejalan dengan itu melalui
pendidikan orang diharapkan akan mampu membentuk hari esok yang lebih baik
daripada hari ini dan hari kemarin yang dilewatinya.
Meskipun secara teknis setiap masyarakat mengembangkan
sistem pendidikan sendiri-sendiri sesuai dengan latar belakang sosio-budaya
yang berlaku dan karakteristik masyarakatnya, tujuan akhirnya adalah sama yaitu
mengembangkan pribadi-pribadi yang utuh, sehat jasmani dan rohani, berbudi
pekerti luhur, beriman dan bertakwa, bermental kuat, produktif, kreatif, dan mandiri,
bermakna bagi dirinya dan turut bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat
dan manusia pada umumnya.
Interaksi sosial merupakan kata kunci dalam proses
pendidikan. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh mutu interaksi itu. Dengan
siapa ia berinteraksi, pesan-pesan apa yang disampaikan, bagaimana interaksi
itu berlangsung, media dan sarana-prasarana apa yang digunakan, serta bagaimana
dampak interaksi itu pada pihak-pihak yang terlibat.
Pada kesempatan ini kami sebagai siswa yang baru saja
menginjakan kaki di bangku SMA yang telah diberikan tugas oleh guru sosiologi
untuk menyusun sebuah makalah tentang ‘Sosiologi sebagai ilmu penghetauan’,
sebagaimana yang telah guru kami sampaikan bahwa ilmu sosiologi pertama kali
digunakan oleh seorang filosof perancis yang bernama Auguste Marie Francois
Savier Comte, berkat jasanya itu Auguste Comte di juluki sebagai bapak
sosiologi.
B. Rumusan Masalah
a) Apa itu
sosiologi ?
b) Mengapa
Soiologi Sebagai Ilmu pengetahuan ?
c) Bagaimana
Landasan Sosiologi?
d) Bagaiman Ruang
Lingkup Dan Fungsi Kajian Sosiologi?
e) Bagaiman
Masyarakat Indonesia Sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional?
f) Bagaiman
Sosiologi sebagai Ilmu Sosial?
g) Bagaiman
Kegunaan Ilmu Sosiologi bagi jurusan Hubungan Internasional?
C. Tujuan Penulisan
a) Agar
mengetahui pengertian sosiologi
b) Agar lebih
faham tentang sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
c) Agar
mengetahui Masyarakat Indonesia Sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan
Nasional
d) Agar
mengetahui Ruang Lingkup Dan Fungsi Kajian Sosiologi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sosiologi
Istilah sosiologi berasal dari kata “socious” (bahasa
latin) yang artinya teman atau kawan, dan “logos” (bahasa Yunani) yang artinya
ilmu pengetahuan. Secara harfiah sosiologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari
hubungan antar teman. Yang dimaksud hubungan antar teman meliputi antara orang
yang satu dengan orang yang lain, baik yang bersungguh-sungguh teman atau
sahabat maupun lawan atau musuh. Pengertian ini diperluas sedikit menjadi
“Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi manusia di dalam
masyarakat.”
Istilah sosiologi digunakan pertama kali oleh seorang
filosof dari Perancis yang bernama Auguste Marie Francois Savier Comte, ini
terkenal dengan sebutan Auguste Comte pada tahun (1798-1857), dalam bukunya
“Course de Philosophie Positive”. Karena jasanya maka Auguste Compte disebut
sebagai Bapak Sosiologi. Berikut ini definisi sosiologi menurut para ahli :
Ø Allan Jhonson
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya
dengan satu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan
bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem itu.
Ø Anthony Giddens
Sosiologi
merupakan studi tentang kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat.
Ø Herbert Spencer dari Inggris
Sosiologi
adalah penelitian tentang susunan-susunan dan proses-proses dari kehidupan
sosial sebagai suatu keseluruhan.
Ø Hassan Shadily
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki
ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti
sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh, serta berubahnya
perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan dan keyakinan, memberi sifat
tersendiri kepada cara hidup bersama dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Ø Pitirim A. Sorokin
Sosiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari :
a) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dan agama, keluarga dan moral,
hukum dan ekonomi, gerak masyarakat dan politik, dan sebagainya.
b) Hubungan dan saling pengaruh antara gejala-gejala sosial dan
gejala-gejala non sosial, misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya.
c) Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.
Ø Mayor Polak
Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni
hubungan diantara manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok,
baik kelompok formal maupun kelompok material atau kelompok statis maupun
kelompok dinamis.
Ø Roucek dan Warren
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dengan kelompok.
Lahirnya Sosiologi :
Sosiologi lahir berkaitan dengan terjadinya perubahan
sosial masyarakat di Eropa Barat pada masa Revolusi Industri (di Inggris) dan
Revolusi Sosial ( di Perancis).
1.
Beberapa tokoh sosiologi antara lain sebagai berikut :
Auguste
Comte (1798 – 1857)
Istilah sosiologi pertama kali dikemukakan oleh
Auguste Comte seorang ahli filsafat Perancis pada tahun 1839, yang kemudian dikenal
sebagai Bapak Sosiologi.
Sumbangannya terhadap sosiologi antara lain sebagai
berikut :
1) Sosiologi harus didasarkan pada pengamatan,
perbandingan, eksperimen, dan metode historis secara sistematik. Objek yang
dikaji harus berupa fakta, onjektif, bermanfaat, serta mengarah pada kepastian
dan kecermatan.
2) Auguste
Comte menjelaskan bahwa dalam menjelaskan gejala alam dan gejala sosial,
manusia akan melewtai tiga jenjang yang dikenal dengan hukum tiga jenjang yaitu
: jenjang teologi,jenjang metafisika danjenjang positif.
3) Auguste Comte mengatakan bahwa sosiologi merupakan
ratu ilmu-ilmu sosial dan menempati peringkat teratas dalam hierarki ilmu-ilmu
sosial.
Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua bagian,
yaitu statistika sosial (sosial statics) dan dinamika sosial (sosial dinamics).
Sosiologi sebagai ilmu (sifat hakekat)
Menurut Soerjono Soekanto, ilmu dapat didefinisikan
sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan
kekuatan pemikiran (logika). Pengetahuan harus bersifat objektif, artinya
selalu dapat diperiksa dan diuji secara kritis oleh orang lain. Tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu. Hanya pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dan teruji kebenarannya yang dapat disebut sebagai ilmu. Sosiologi dapat
disebut sebagai ilmu karena sudah memenuhi syarat-syarat tersebut. Sosiologi
merupakan ilmu yang berdiri sendiri yang objeknya adalah masyarakat.
Sosiologi
dapat disebut memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki
sifat-sifat :
Ø Sosiologi bersifat
empiris, artinya sosiologi didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap
kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif melainkan
objektif.
Ø Sosiologi
bersifat teoritis, artinya selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil
observasi, merupakan unsure-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan
untuk menjelaskan antar hubungan dan sebab akibat sehingga menjadi
teori;Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi terbentuk
atas dasar teori-teori yang sudah ada.
Ø Sosiologi
bersifat nonetis, artinya yang menjadi inti persoalan dalam sosiologi bukanlah
persoalan baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai
dengan menjelaskan fakta-fakta tersebut.
Ciri-ciri sosiologi sebagai berikut :
·
Sosiologi merupakan ilmu sosial (bukan ilmu alam atau
kerohanian)Sosiologi bersifat kategoris (bukan normatif)Sosiologi merupakan
ilmu murni (bukan terapan)
Sosiologi
bersifat abstrak (bukan konkret)Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan pola-pola
umum terinteraksi.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
empiris-rasional.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum (bukan
khusus)Objek SosiologiObjek material sosiologi adalah kehidupan sosial,
gejala-gejala dan proses hubungan antar manusia yang mempengaruhi kesatuan
hidup manusia itu sendiri.Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia
sebagai mahkluk sosial atau masyarakat yaitu hubungan antar manusia serta
proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
2. Cabang-cabang sosiologi terdiri atas :
v Sosiologi
Politik => Sosiologi politik adalah suatu cabang sosiologi yang mengkaji
hubungan antara gejala-gejala kemasyarakatn dengan politik.
v Sosiologi
Hukum => Sosiologi hukum adalah cabang sosiologi yang mempelajari hubungan
antara gejala-gejala kemasyarakatan dengan hukum.
v Sosiologi
Pendidikan => Sosiologi pendidikan adalah cabang sosiologi yang mengkaji
hubungan gejala-gejala kemasyarakatan dengan pendidikan.
v Sosiologi
Agama => Sosiologi agama adalah bagian dari ilmu sosiologi yang mempelajari
hubungan gejala kemasyarakatan dengan agama.
v Sosiologi
Kekeluargaan => Sosiologi kekeluargaan adalah cabang sosiologi yang membahas
hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan keluarga.
v Sosiologi
Kesenian => Sosiologi kesenian adalah cabang sosiologi yang membahas
hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan seni.
v Sosiologi
Kedokteran => Sosiologi kedokteran adalah cabang sosiologi yang membahas
hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan kedokteran.
v Sosiologi
Ilmu Pengetahuan => Sosiologi ilmu pengetahuan adalah cabang sosiologi yang
membahas hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan ilmu pengetahuan.
v Sosiologi
Ekonomi => Sosiologi ekonomi adalah cabang sosiologi yang membahas hubungan
gejala-gejala kemasyarakatan dengan ekonomi.
v Sosiologi Persengketaan =>
Sosiologi persengketaan adalah cabang sosiologi yang membahas hubungan
gejala-gejala kemasyarakatan dengan persengketaan.
B. Sosiologi Sebagai Ilmu
1. Manfaat
sosiologi antara lain sebagai berikut :
Sosiologi dapat membantu kita untuk mengontrol atau
mengendalikan setiap tindakan dan perilaku kita dalam kehidupan
bermasyarakat.Sosiologi mampu mengkaji status dan peran kita sebagai anggota
masyarakat, serta dapat menilai ‘dunia’ atau ‘budaya’ lain yang belum kita
ketahui.Dengan bantuan sosiologi kita akan makin memahami nilai, norma,
tradisi, dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat lain, serta memanfaatkan
perbedaan-perbedaan yang ada tanpa menyebabkan timbulnya konflik diantara
anggota masyarakat yang berbeda.Bagi kita sebagai generasi penerus, mempelajari
sosiologi membuat kita lebih tanggap, kritis, dan rasional dalam menghadapi
gejala-gejala sosial masyarakat yang makin kompleks dewasa ini, serta mampu
mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi
sosial yang kita hadapi sehari-hari.
2. Metode – metode Sosiologi
Sebagai suatu metode sosiologi menggunakan metode
ilmiah dalam mempelajari gejala-gejala alamiah khususnya gejala kemasyarakatan.
Teknik dasar dalam metode ilmiah adalah observasi ilmiah atau disebut juga
penalaran.Menurut Paul B. Horton, teknik riset dalam sosiologi, antara lain
sebagai berikut :
Study Cross – sectional dan longitudinal, yakni suatu
pengamatan yang meliputi suatu daerah yang luas dan dalam suatu jangka waktu
tertentu. Sedangkan studi longitudinal adalah studi yang berlangsung sepanjang
waktu yang menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian pengamatan
sebelum dan sesudahnya.Eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan. Dalam
eksperimen laboratorium, subjek orang dikumpulkan dalam suatu tempat
“laboratorium” kemudian diberi pengalaman sesuai dengan yang diinginkan
peneliti, kemudian dicatat dan ditarik kesimpulan.Penelitian pengamatan, hampir
sama dengan eksperimen, tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak mempengaruhi
terjadinya suatu kejadian.
3.
Jenis-jenis Metode Yang Digunakan Dalam Sosiologi
Metode Kualitatif :
v Metode kualitatif mengutamakan bahan
atau hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka. Metode ini meliputi :
1) Metode
historis, yaitu menganalisis peristiwa-peristiwa masa lalu untuk merumuskan
prinsip – prinsip umum;
2) Metode
komparatif, yaitu membandingkan antara bermacam-macam masyarakat;
3) Metode
studi kasus, alat-alat yang diperlukan :
a) wawancara
b) daftar
pertanyaan
c)
pengamatan partisipasi
v Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan
dengan angka atau gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan skala,
indeks, tabel, dan formula. Termasuk dalam metode ini adalah metode statistik,
dimana gejala-gejala masyarakat sebelum dianalisis dikuantifikasi terlebih
dahulu.
C. Landasan
Sosiologi
Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan
yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa.
Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan
perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyrakat
tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai,
terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma
social yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh
masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam
norma yang dianut oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme,
(3) paham integralistik. Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu
lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut
keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak
individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan
individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha
untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang
lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat.
Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang
berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara
perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. Sedangkan paham
integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat saling
berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.Masyarakat
integralistik menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan dalam
konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan juga merupakan relasi. Kepentingan
masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut
paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1)
kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2)
kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi
warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh
karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia
secara orang per orang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
D. Ruang
Lingkup Dan Fungsi Kajian Sosiologi
Para ahli Sosiologi dan ahli Pendidikan sepakat bahwa,
sesuai dengan namanya, Sosiologi Pendidikan atau Sociology of Education (juga
Educational Sociology) adalah cabang ilmu Sosiologi, yang pengkajiannya
diperlukan oleh professional dibidang pendidikan (calon guru, para guru, dan
pemikir pendidikan) dan para mahasisiwa serta professional sosiologi.
Mengenai ruang lingkup Sosiologi Pendidikan, Brookover
mengemukakan adanya empat pokok bahasan berikut: (1) Hubungan sistem pendidikan
dengan sistem social lain, (2) Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar, (3)
Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan, (4) Pengaruh sekolah terhadap
perilaku anak didik (Rochman Natawidjaja, et. Al., 2007: 81). Sosiologi
Pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai bagaimana harapan
dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan itu, atau bagaimana
sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata kepentingan masyarakat,
baik pada level nasional maupun lokal.
Sosiologi Pendidikan secara operasional dapat defenisi
sebagai cabang sosiologi yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan
antara pranata pendidikan dengan pranata kehidupan lain, antara unit pendidikan
dengan komunitas sekitar, interaksi social antara orang-orang dalam satu unit
pendidikan, dan dampak pendidikan pada kehidupan peserta didik (Rochman
Natawidjaja, et. Al., 2007: 82). Sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya,
Sosiologi Pendidikan dituntut melakukan tiga fungsi pokok.
Pertama, fungsi eksplanasi, yaitu menjelaskan atau
memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke dalam ruang lingkup
pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep, proposisi-proposisi mulai dari
yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap,
data dan informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari
lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain, serta informasi tentang masalah
dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi yang lengkap dan akurat,
komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik dan akan dapat
menafsirkan fenomena-fenomena yang dihadapi secara akurat.
Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi.
Kedua, fungsi prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan
permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan
datang. Sejalan dengan itu, tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang
akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan eksternal yang masuk ke dalam
masyarakat melalui berbagai media komunikasi.
Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan
pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
Ketiga, fungsi utilisasi, yaitu menangani
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat seperti
masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan,
dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan
pendidikan sendiri.
Jadi, secara umum Sosiologi Pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi,
prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian tentang keterkaitan
fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka mencari model-model
pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat. Secara khusus,
Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan informasi tentang
interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan
dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan
dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata
kehidupan lain.
E.
Masyarakat Indonesia Sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Masyarakat selalu mencakup sekelompok orang yang
berinteraksi antar sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan
norma yang dipatuhi bersama, pada umumnya bertempat tinggal di wilayah
tertentu, dan adakalanya mereka memiliki hubungan darah atau memiliki
kepentingan bersama. Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti
luas ataupun dalam arti sempit. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih
abstrak misalnya masyarakat bangsa, sedang dalam arti sempit lebih konkrit
misalnya marga atau suku. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri
utama, antara lain: (1) ada interaksi antara warga-warganya, (2) pola tingkah
laku warganya diatur oleh adapt istiadat, norma-norma, hukum, dan aturan-aturan
khas, (3) ada rasa identitas kuat yang mengikat para warganya. Kesatuan
wilayah, kesatuan adat- istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap
kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangga sebagai patriotisme,
nasionalisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan sosial (Umar Tirtarahardja dan La
Sulo, 1994: 100).
Masyarakat Indonesia mempnyai perjalanan sejarah yang
panjang. Dari dulu hingga kini, ciri yang menonjol dari masyarakat Indonesia
adalah sebagai masyarakat majemuk yang tersebar di ribuan pulau di nusantara.
Melalui perjalanan panjang, masyarakat yang bhineka tersebut akhirnya mencapai
satu kesatuan politik untuk mendirikan satu negara serta berusaha mewujudkan
satu masyarakat Indonesia sebagaiu masyarakat yang bhinneka tunggal ika. Sampai
saat ini, masyarakat Indonesia masih ditandai oleh dua ciri yang unik, yakni
(1) secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social atau
komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan kedaerahan, dan
(2) secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara
lapisan atas, menengah, dan lapisan bawah.
Pada zaman penjajahan, sifat dasar masyarakat
Indonesia yang menonjol adalah (1) terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok
social atau golongan social jajahan yang seringkali memiliki sub-kebudayaan
sendiri, (2) memiliki struktur social yang terbagi-bagi, (3) seringkali anggota
masyarakat atau kelompok tidak mengembangkan consensus di antara mereka
terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar, (4) diantara kelompok relative
seringkali mengalami konflik, (5) terdapat saling ketergantungan di bidang
ekonomi, (6) adanya dominasi politiuk oleh suatu kelompok atas
kelompok-kelompok social yang lain, dan (7) secara relative integrasi social
sukar dapat tumbuh (Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/70).
Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya
pada zaman pemerintahan Orde Baru, telah banyak mengalami perubahan. Sebagai
masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik, baik secara
horizontal maupun secara vertical, masih dapat ditemukan, demikian pula halnya
dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya. Namun
niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta kemajuan
dalam berbagai bidang pembangunan, maka sisi ketunggalan dari “bhinneka tunggal
ika” makin mencuat. Berbagai upaya dilakukan, baik melalui kegiatan jalur
sekolah maupun jalur luar sekolah, telah menumbuhkan benih-benih persatuan dan
kesatuan yang semakin kokoh.
Berbagai upaya telah dilakukan dengan tidak
mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir
tersebut kini makin mendapat perhatian yang semestinya dengan antara lain
dimasukkannya muatan lokal (mulok) di dalam kurikulum sekolah. Perlu ditegaskan
bahwa muatan local di dalam kurikulum tidak dimaksudkan sebagai upaya membentuk
“manusia lokal”, akan tetapi haruslah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan “manusia Indonesia” di suatu lokal tertentu. Dengan demikian akan
dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan berjiwa
nasional akan tetapi yang memahami dan menyatu dengan lingkungan (alam, sosial,
dan budaya) de sekitarnya.
F. Sosiologi
sebagai Ilmu Sosial
Sosiologi digolongkan sebagai ilmu sosial karena
Sosiologi menggunakan masyarakat sebagai obyek pembelajarannya. Lebih jelasnya,
ilmu Sosiologi membahas tentang masyarakat dari berbagai sisi dan sudut pandang
yang beragam serta hubungan dan interaksi antar individu dalam masyarakat
tersebut.
Sosiologi
dapat juga dikatakan sebagai:
1) suku-suku
atau rumpun-rumpun sosial
2) ilmu yang
mengkaji ‘kekuasaan’ secara lebih khusus dan mendalam
3) ilmu
sosial yang lain
4) ilmu yang
mengkaji tentang masyarakat.
Sosiologi
dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan karena telah memenuhi unsur-unsur
atau syarat-syarat ilmu yaitu:
Bersifat empiris; bisa di nalar, tidak tentatif.Bersifat
teoritis; menyusun kesimpulan daribpengamatan terlebih dahulu. Kesimpulan
tersusun dari kerangka-kerangka pikiran yang logis sehingga menjadi sebuah
teori.Bersifat kumulatif; dapat diperluas, diperbaiki, dan diperhalus.Bersifat
non-etis; tidak menghakimi tapi memperjelas fakta.
G. Kegunaan
Ilmu Sosiologi bagi jurusan Hubungan Internasional
Hubungan Internasional adalah ilmu yang menggabungkan
ilmu politik,antropologi, dan berbagai macam ilmu sosial lainnya dalam satu
wadah ilmu. Halini sangat penting karena mahasiswa dan alumni jurusan
HubunganInternasional akan terlibat dalam masyarakat secara langsung setelah
lulus nanti; terutama masyarakat kelas atas dan orang-orang yang berpengaruh
dalam dunia diplomasi.
Untuk itu
diperlukan keahlian khusus untuk memahami masyarakat secara general,mengamati
tingkah laku masyarakat dan menarik kesimpulan serta melakukananalisis
cara-cara terbaik untuk mendekati suatu golongan masyarakat, tidak hanya
masyarakat kalangan atas namun juga masyarakat kalangan bawah. Seorang lulusan
hubungan Internasional haruslah bisa melakukan pendekatan pada dua kelompok
masyarakat agar visi dan misinya sebagai seseorang yang dapat menjembatani
komunikasi antar negara dapat tercapai.
Kegunaan
ilmu Sosiologi bagi jurusan Hubungan Internasional terbagi 3 :
1.Kegunaan
bagi masyarakat di negara sendiri
Untuk dapat menjembatani hubungan negara sendiri
dengan negara lain, langkah pertama yang harus diambil adalah memahami perilaku
masyarakat negara sendiri. Hal ini penting karena dengan memahami perilaku
masyarakat negara sendiri, seoranga lumni hubungan Internasional akan mampu
menganalisis situasi dan kondisi serta mungkin SWOT (Strength, Weakness,
Opportunities, Threats) dari negara sendiri untuk kemudian diolah lagi menjadi
sesuatu yang bisa menjadi solusi atas hubungan negaranya sendiri dengan negara
lain. Pertumbuhan sosial yang meningkat tajam juga menjadi salah satu alasan
bagi para mahasiswa dan alumni Hubungan Internasional untuk mempelajari
Sosiologi, karena dengan Sosiologi dapat dilakukan metode-metode pendekatan
untuk meneliti masyarakat yang kerap bertumbuh.
2. Kegunaan bagi masyarakat di negara lain
Insights atau pengetahuan yang dipunyai seorang
sarjana atau alumnus hubungan Internasional akan sangat berperan dalam membangun
komunikasi antara negaranya sendiri dengan negara lain, karena dengan begitu
masyarakat di negara lain-khususnya masyarakat yang berhubungan secara
diplomatis-akan mempunyai gambaran atas karakterisitik negara tersebut.
Dari insights atau hasil analisis sosiologis seorang
mahasiswa atau alumnus Hubungan Internasional juga dapat dibentuk opini publik
negara lain terhadap negara sendiri. Baik atau buruknya opini publik tersebut
tergantung pada keahlian seorang mahasiswa atau alumnus Hubungan Internasional
dalam memberikan pengarahan tentang citra masyarakat negaranya sendiri kepada
negara lain. Jika mereka berhasil menyampaikan keadaan masyarakat di negara
mereka sendiri dengan baik, tentu kesan yang didapat akan baik juga. Semakin
baik kesan yang dibuat oleh si mahasiswa atau alumnus Hubungan Internasional
tersebut kepada masyarakat negara lain, semakin baik pula kesan yang akan
ditangkap oleh masyarakat negara lain tersebut.
3. Kegunaan bagi diri sendiri
Poin ini adalah poin terakhir sekaligus poin yang
paling penting. Kegunaan belajar Sosiologi terhadap seorang individu adalah
kemampuan orang tersebut dalam menilai seseorang dan menemukan cara yang tepat
untuk berkomunikasi dengan orang lain akan terasah dengan baik dan tentu saja
skill semacam ini sangat berguna, baik untuk keperluan pribadi maupun keperluan
dalam melakukan pekerjaan. Poin dari pentingnya belajar Sosiologi dalam jurusan
Hubungan Internasional adalah karena Sosiologi membantu kita memahami
masyarakat secara bertahap serta mengasah kemampuan analisis kita. Dalam
Sosiologi, terkadang dibutuhkan quick analysis terhadap suatu perilaku
masyarakat dan hal itu menuntut solusi yang cepat pula, jadi otak kita terlatih
untuk melakukan quick analysis terhadap masyarakat – yang tentu saja akan mempercepat
dan menambah efisiensi terhadap pekerjaan atau riset yang sedang kita kerjakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai yang dikatakan oleh auguste comte sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial dalam masyarakat yang
sangat berguna dalam kehidupan masyarakat karna sosiologi dapat membantu
masyarakat dalam menyelesaiankan berbagai persoalan dalam kehidupan. Dan Secara
harfiah sosiologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antar
teman. Yang dimaksud hubungan antar teman meliputi antara orang yang satu
dengan orang yang lain, baik yang bersungguh-sungguh teman atau sahabat maupun
lawan atau musuh. Pengertian ini diperluas sedikit menjadi “Sosiologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat.”
B. Saran-Saran
Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi sebuah
konkrit yang harus di selesaikan dengan baik dengan demikian ilmu sosiologi
dapat membantu menangani dan menyelesaikan konkrit itu secara baik. Memang
tidak mudah untuk dapat menyelesaikan konkrit itu tapi dengan bermodalkan ilmu
sosiologi yang di dapat sedikit demi sedikit jika di laksanakan dengan baik
maka perlahan-lahan sebuah konkrit itu dapat terselesaikan.
Daftar Pustaka
William D Perdue.
1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA:
Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
Kamanto
Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
James. M.
Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition.
Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
Pitirim
Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
Randall
Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York:
Academic Press. Hlm. 19
George
Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28
Sosiologi:
KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Andrey
Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social
Macrodynamics, Moscow: URSS, 2006.
http://www.masbied.com/2010/03/20/landasan-sosiologi-pendidikan/#more-2410
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Sosiologi pertama kali dikenalkan oleh Auguste
Comte (tetapidalam catatan Sejarah, Emile Durkheim lah yang melanjutkan
‘istilah’ tersebutdan menerapkannya menjadi sebuah disiplin ilmu). Sosiologi
berasal dari gabungan 2 kata dalam bahasa Latin yaitu Socius yang artinya teman
dan Logos yang artinya ilmu. Secara keseluruhan, Sosiologi berarti ilmu yang
mempelajari masyarakat.
Masyarakat sendiri adalah kelompok atau gabungan dari
individu yang saling berhubungan, berbudaya, dan memiliki kepentingan yang
relatif sama.Sosiologi bertujuan untuk mempelajari masyarakat dengan
meneliti/mengamati dan menarik kesimpulan dari perilaku masyarakat, khususnya
perilaku atau pattern sosial manusia.
Sosiologi tergolong ilmu yang fleksibel. Hal ini bisa
dilihat dari sifatnya yang tersusun dari penelitian-penelitian ilmiah yang
bersifat kaku namun bisa dikritik oleh publik karena sosiologi adalah ilmu yang
berisi tentang pengetahuan kemasyarakatan, oleh karena itu selalu dinamis dan
dapat diubah-ubah sesuai dan seiring dengan perkembangan yang terjadi di dalam
objek penelitiannya (masyarakat).
Sosiologi sendiri muncul akibat tekanan/ancaman yang
dirasakan oleh masyarakat terhadap hal-hal dan nilai-nilai yang selama ini
sudah dianggap benar dan nyaman dalam tatanan kehidupan mereka, khususnya dalam
bidang sosial.Renungan sosiologis dimulai ketika masyarakat mulai mengalami
goncangan/krisis terhadap nilai-nilai dan prinsip hidup yang mereka pegang,
atau “threats to the taken-for-granted world”,
Menurut Max
Weber :
Menurut Max Weber, sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari tindakan sosial. Namun, hal ini tidak berarti semua tindakan yang
dilakukan manusia tergolong tindakan sosial. Tindakan sosial adalah sebuah
tindakan yang dilakukan atas dasar perilaku orang lain dan berorientasi pada
perilaku orang lain. Dengan kata lain, tindakan sosial adalah tindakan yang
diambil menyangkut dan mengarah pada orang lain.
Peta dunia tentang kemakmuran dan kemajuan umat
manusia berkembang dan bergeser dari yang diwarnai penguasaan/kekayaan akan
Sumber Daya Alam (SDA) kepada pemilikan Sumber Daya Alam (SDA) yang bermutu.
Tidak diragukan lagi bahwa mutu SDM merupakan fungsi pendidikan, dalam arti
bahwa bangsa yang memiliki sistem pendidikan bermutu akan menjadi bangsa yang
maju dan makmur, dan sebaliknya. Ada korelasi positif antara struktur penduduk
berdasarkan pendidikan dengan tingkat pendidikan yang dicapai. Selanjutnya bisa
dilihat bahwa antara mutu pendidikan dengan tingkat kemakmuran terdapat
hubungan yang saling menguatkan.
Pada level individu, pendidikan merupakan proses
sosialisasi dan pembudayaan melalui interaksi dengan lingkungan, yang
menghasilkan pribadi-pribadi utuh yang menempati status tertentu dalam struktur
sosialnya. Pendidikan merupakan proses pelestarian dan perubahan budaya.
Melalui pendidikan, berlangsung pewarisan komponen-komponen budaya yang telah
dibina dan dipelihara secara turun temurun, namun sejalan dengan itu melalui
pendidikan orang diharapkan akan mampu membentuk hari esok yang lebih baik
daripada hari ini dan hari kemarin yang dilewatinya.
Meskipun secara teknis setiap masyarakat mengembangkan
sistem pendidikan sendiri-sendiri sesuai dengan latar belakang sosio-budaya
yang berlaku dan karakteristik masyarakatnya, tujuan akhirnya adalah sama yaitu
mengembangkan pribadi-pribadi yang utuh, sehat jasmani dan rohani, berbudi
pekerti luhur, beriman dan bertakwa, bermental kuat, produktif, kreatif, dan mandiri,
bermakna bagi dirinya dan turut bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat
dan manusia pada umumnya.
Interaksi sosial merupakan kata kunci dalam proses
pendidikan. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh mutu interaksi itu. Dengan
siapa ia berinteraksi, pesan-pesan apa yang disampaikan, bagaimana interaksi
itu berlangsung, media dan sarana-prasarana apa yang digunakan, serta bagaimana
dampak interaksi itu pada pihak-pihak yang terlibat.
Pada kesempatan ini kami sebagai siswa yang baru saja
menginjakan kaki di bangku SMA yang telah diberikan tugas oleh guru sosiologi
untuk menyusun sebuah makalah tentang ‘Sosiologi sebagai ilmu penghetauan’,
sebagaimana yang telah guru kami sampaikan bahwa ilmu sosiologi pertama kali
digunakan oleh seorang filosof perancis yang bernama Auguste Marie Francois
Savier Comte, berkat jasanya itu Auguste Comte di juluki sebagai bapak
sosiologi.
B. Rumusan Masalah
a) Apa itu
sosiologi ?
b) Mengapa
Soiologi Sebagai Ilmu pengetahuan ?
c) Bagaimana
Landasan Sosiologi?
d) Bagaiman Ruang
Lingkup Dan Fungsi Kajian Sosiologi?
e) Bagaiman
Masyarakat Indonesia Sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional?
f) Bagaiman
Sosiologi sebagai Ilmu Sosial?
g) Bagaiman
Kegunaan Ilmu Sosiologi bagi jurusan Hubungan Internasional?
C. Tujuan Penulisan
a) Agar
mengetahui pengertian sosiologi
b) Agar lebih
faham tentang sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
c) Agar
mengetahui Masyarakat Indonesia Sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan
Nasional
d) Agar
mengetahui Ruang Lingkup Dan Fungsi Kajian Sosiologi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sosiologi
Istilah sosiologi berasal dari kata “socious” (bahasa
latin) yang artinya teman atau kawan, dan “logos” (bahasa Yunani) yang artinya
ilmu pengetahuan. Secara harfiah sosiologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari
hubungan antar teman. Yang dimaksud hubungan antar teman meliputi antara orang
yang satu dengan orang yang lain, baik yang bersungguh-sungguh teman atau
sahabat maupun lawan atau musuh. Pengertian ini diperluas sedikit menjadi
“Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi manusia di dalam
masyarakat.”
Istilah sosiologi digunakan pertama kali oleh seorang
filosof dari Perancis yang bernama Auguste Marie Francois Savier Comte, ini
terkenal dengan sebutan Auguste Comte pada tahun (1798-1857), dalam bukunya
“Course de Philosophie Positive”. Karena jasanya maka Auguste Compte disebut
sebagai Bapak Sosiologi. Berikut ini definisi sosiologi menurut para ahli :
Ø Allan Jhonson
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya
dengan satu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan
bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem itu.
Ø Anthony Giddens
Sosiologi
merupakan studi tentang kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat.
Ø Herbert Spencer dari Inggris
Sosiologi
adalah penelitian tentang susunan-susunan dan proses-proses dari kehidupan
sosial sebagai suatu keseluruhan.
Ø Hassan Shadily
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki
ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti
sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh, serta berubahnya
perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan dan keyakinan, memberi sifat
tersendiri kepada cara hidup bersama dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Ø Pitirim A. Sorokin
Sosiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari :
a) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dan agama, keluarga dan moral,
hukum dan ekonomi, gerak masyarakat dan politik, dan sebagainya.
b) Hubungan dan saling pengaruh antara gejala-gejala sosial dan
gejala-gejala non sosial, misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya.
c) Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.
Ø Mayor Polak
Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni
hubungan diantara manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok,
baik kelompok formal maupun kelompok material atau kelompok statis maupun
kelompok dinamis.
Ø Roucek dan Warren
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dengan kelompok.
Lahirnya Sosiologi :
Sosiologi lahir berkaitan dengan terjadinya perubahan
sosial masyarakat di Eropa Barat pada masa Revolusi Industri (di Inggris) dan
Revolusi Sosial ( di Perancis).
1.
Beberapa tokoh sosiologi antara lain sebagai berikut :
Auguste
Comte (1798 – 1857)
Istilah sosiologi pertama kali dikemukakan oleh
Auguste Comte seorang ahli filsafat Perancis pada tahun 1839, yang kemudian dikenal
sebagai Bapak Sosiologi.
Sumbangannya terhadap sosiologi antara lain sebagai
berikut :
1) Sosiologi harus didasarkan pada pengamatan,
perbandingan, eksperimen, dan metode historis secara sistematik. Objek yang
dikaji harus berupa fakta, onjektif, bermanfaat, serta mengarah pada kepastian
dan kecermatan.
2) Auguste
Comte menjelaskan bahwa dalam menjelaskan gejala alam dan gejala sosial,
manusia akan melewtai tiga jenjang yang dikenal dengan hukum tiga jenjang yaitu
: jenjang teologi,jenjang metafisika danjenjang positif.
3) Auguste Comte mengatakan bahwa sosiologi merupakan
ratu ilmu-ilmu sosial dan menempati peringkat teratas dalam hierarki ilmu-ilmu
sosial.
Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua bagian,
yaitu statistika sosial (sosial statics) dan dinamika sosial (sosial dinamics).
Sosiologi sebagai ilmu (sifat hakekat)
Menurut Soerjono Soekanto, ilmu dapat didefinisikan
sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan
kekuatan pemikiran (logika). Pengetahuan harus bersifat objektif, artinya
selalu dapat diperiksa dan diuji secara kritis oleh orang lain. Tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu. Hanya pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dan teruji kebenarannya yang dapat disebut sebagai ilmu. Sosiologi dapat
disebut sebagai ilmu karena sudah memenuhi syarat-syarat tersebut. Sosiologi
merupakan ilmu yang berdiri sendiri yang objeknya adalah masyarakat.
Sosiologi
dapat disebut memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki
sifat-sifat :
Ø Sosiologi bersifat
empiris, artinya sosiologi didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap
kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif melainkan
objektif.
Ø Sosiologi
bersifat teoritis, artinya selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil
observasi, merupakan unsure-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan
untuk menjelaskan antar hubungan dan sebab akibat sehingga menjadi
teori;Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi terbentuk
atas dasar teori-teori yang sudah ada.
Ø Sosiologi
bersifat nonetis, artinya yang menjadi inti persoalan dalam sosiologi bukanlah
persoalan baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai
dengan menjelaskan fakta-fakta tersebut.
Ciri-ciri sosiologi sebagai berikut :
·
Sosiologi merupakan ilmu sosial (bukan ilmu alam atau
kerohanian)Sosiologi bersifat kategoris (bukan normatif)Sosiologi merupakan
ilmu murni (bukan terapan)
Sosiologi
bersifat abstrak (bukan konkret)Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan pola-pola
umum terinteraksi.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
empiris-rasional.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum (bukan
khusus)Objek SosiologiObjek material sosiologi adalah kehidupan sosial,
gejala-gejala dan proses hubungan antar manusia yang mempengaruhi kesatuan
hidup manusia itu sendiri.Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia
sebagai mahkluk sosial atau masyarakat yaitu hubungan antar manusia serta
proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
2. Cabang-cabang sosiologi terdiri atas :
v Sosiologi
Politik => Sosiologi politik adalah suatu cabang sosiologi yang mengkaji
hubungan antara gejala-gejala kemasyarakatn dengan politik.
v Sosiologi
Hukum => Sosiologi hukum adalah cabang sosiologi yang mempelajari hubungan
antara gejala-gejala kemasyarakatan dengan hukum.
v Sosiologi
Pendidikan => Sosiologi pendidikan adalah cabang sosiologi yang mengkaji
hubungan gejala-gejala kemasyarakatan dengan pendidikan.
v Sosiologi
Agama => Sosiologi agama adalah bagian dari ilmu sosiologi yang mempelajari
hubungan gejala kemasyarakatan dengan agama.
v Sosiologi
Kekeluargaan => Sosiologi kekeluargaan adalah cabang sosiologi yang membahas
hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan keluarga.
v Sosiologi
Kesenian => Sosiologi kesenian adalah cabang sosiologi yang membahas
hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan seni.
v Sosiologi
Kedokteran => Sosiologi kedokteran adalah cabang sosiologi yang membahas
hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan kedokteran.
v Sosiologi
Ilmu Pengetahuan => Sosiologi ilmu pengetahuan adalah cabang sosiologi yang
membahas hubungan gejala – gejala kemasyarakatan dengan ilmu pengetahuan.
v Sosiologi
Ekonomi => Sosiologi ekonomi adalah cabang sosiologi yang membahas hubungan
gejala-gejala kemasyarakatan dengan ekonomi.
v Sosiologi Persengketaan =>
Sosiologi persengketaan adalah cabang sosiologi yang membahas hubungan
gejala-gejala kemasyarakatan dengan persengketaan.
B. Sosiologi Sebagai Ilmu
1. Manfaat
sosiologi antara lain sebagai berikut :
Sosiologi dapat membantu kita untuk mengontrol atau
mengendalikan setiap tindakan dan perilaku kita dalam kehidupan
bermasyarakat.Sosiologi mampu mengkaji status dan peran kita sebagai anggota
masyarakat, serta dapat menilai ‘dunia’ atau ‘budaya’ lain yang belum kita
ketahui.Dengan bantuan sosiologi kita akan makin memahami nilai, norma,
tradisi, dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat lain, serta memanfaatkan
perbedaan-perbedaan yang ada tanpa menyebabkan timbulnya konflik diantara
anggota masyarakat yang berbeda.Bagi kita sebagai generasi penerus, mempelajari
sosiologi membuat kita lebih tanggap, kritis, dan rasional dalam menghadapi
gejala-gejala sosial masyarakat yang makin kompleks dewasa ini, serta mampu
mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi
sosial yang kita hadapi sehari-hari.
2. Metode – metode Sosiologi
Sebagai suatu metode sosiologi menggunakan metode
ilmiah dalam mempelajari gejala-gejala alamiah khususnya gejala kemasyarakatan.
Teknik dasar dalam metode ilmiah adalah observasi ilmiah atau disebut juga
penalaran.Menurut Paul B. Horton, teknik riset dalam sosiologi, antara lain
sebagai berikut :
Study Cross – sectional dan longitudinal, yakni suatu
pengamatan yang meliputi suatu daerah yang luas dan dalam suatu jangka waktu
tertentu. Sedangkan studi longitudinal adalah studi yang berlangsung sepanjang
waktu yang menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian pengamatan
sebelum dan sesudahnya.Eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan. Dalam
eksperimen laboratorium, subjek orang dikumpulkan dalam suatu tempat
“laboratorium” kemudian diberi pengalaman sesuai dengan yang diinginkan
peneliti, kemudian dicatat dan ditarik kesimpulan.Penelitian pengamatan, hampir
sama dengan eksperimen, tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak mempengaruhi
terjadinya suatu kejadian.
3.
Jenis-jenis Metode Yang Digunakan Dalam Sosiologi
Metode Kualitatif :
v Metode kualitatif mengutamakan bahan
atau hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka. Metode ini meliputi :
1) Metode
historis, yaitu menganalisis peristiwa-peristiwa masa lalu untuk merumuskan
prinsip – prinsip umum;
2) Metode
komparatif, yaitu membandingkan antara bermacam-macam masyarakat;
3) Metode
studi kasus, alat-alat yang diperlukan :
a) wawancara
b) daftar
pertanyaan
c)
pengamatan partisipasi
v Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan
dengan angka atau gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan skala,
indeks, tabel, dan formula. Termasuk dalam metode ini adalah metode statistik,
dimana gejala-gejala masyarakat sebelum dianalisis dikuantifikasi terlebih
dahulu.
C. Landasan
Sosiologi
Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan
yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa.
Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan
perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyrakat
tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai,
terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma
social yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh
masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam
norma yang dianut oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme,
(3) paham integralistik. Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu
lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut
keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak
individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan
individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha
untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang
lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat.
Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang
berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara
perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. Sedangkan paham
integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat saling
berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.Masyarakat
integralistik menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan dalam
konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan juga merupakan relasi. Kepentingan
masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut
paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1)
kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2)
kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi
warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh
karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia
secara orang per orang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
D. Ruang
Lingkup Dan Fungsi Kajian Sosiologi
Para ahli Sosiologi dan ahli Pendidikan sepakat bahwa,
sesuai dengan namanya, Sosiologi Pendidikan atau Sociology of Education (juga
Educational Sociology) adalah cabang ilmu Sosiologi, yang pengkajiannya
diperlukan oleh professional dibidang pendidikan (calon guru, para guru, dan
pemikir pendidikan) dan para mahasisiwa serta professional sosiologi.
Mengenai ruang lingkup Sosiologi Pendidikan, Brookover
mengemukakan adanya empat pokok bahasan berikut: (1) Hubungan sistem pendidikan
dengan sistem social lain, (2) Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar, (3)
Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan, (4) Pengaruh sekolah terhadap
perilaku anak didik (Rochman Natawidjaja, et. Al., 2007: 81). Sosiologi
Pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai bagaimana harapan
dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan itu, atau bagaimana
sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata kepentingan masyarakat,
baik pada level nasional maupun lokal.
Sosiologi Pendidikan secara operasional dapat defenisi
sebagai cabang sosiologi yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan
antara pranata pendidikan dengan pranata kehidupan lain, antara unit pendidikan
dengan komunitas sekitar, interaksi social antara orang-orang dalam satu unit
pendidikan, dan dampak pendidikan pada kehidupan peserta didik (Rochman
Natawidjaja, et. Al., 2007: 82). Sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya,
Sosiologi Pendidikan dituntut melakukan tiga fungsi pokok.
Pertama, fungsi eksplanasi, yaitu menjelaskan atau
memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke dalam ruang lingkup
pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep, proposisi-proposisi mulai dari
yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap,
data dan informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari
lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain, serta informasi tentang masalah
dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi yang lengkap dan akurat,
komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik dan akan dapat
menafsirkan fenomena-fenomena yang dihadapi secara akurat.
Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi.
Kedua, fungsi prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan
permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan
datang. Sejalan dengan itu, tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang
akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan eksternal yang masuk ke dalam
masyarakat melalui berbagai media komunikasi.
Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan
pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
Ketiga, fungsi utilisasi, yaitu menangani
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat seperti
masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan,
dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan
pendidikan sendiri.
Jadi, secara umum Sosiologi Pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi,
prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian tentang keterkaitan
fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka mencari model-model
pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat. Secara khusus,
Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan informasi tentang
interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan
dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan
dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata
kehidupan lain.
E.
Masyarakat Indonesia Sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Masyarakat selalu mencakup sekelompok orang yang
berinteraksi antar sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan
norma yang dipatuhi bersama, pada umumnya bertempat tinggal di wilayah
tertentu, dan adakalanya mereka memiliki hubungan darah atau memiliki
kepentingan bersama. Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti
luas ataupun dalam arti sempit. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih
abstrak misalnya masyarakat bangsa, sedang dalam arti sempit lebih konkrit
misalnya marga atau suku. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri
utama, antara lain: (1) ada interaksi antara warga-warganya, (2) pola tingkah
laku warganya diatur oleh adapt istiadat, norma-norma, hukum, dan aturan-aturan
khas, (3) ada rasa identitas kuat yang mengikat para warganya. Kesatuan
wilayah, kesatuan adat- istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap
kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangga sebagai patriotisme,
nasionalisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan sosial (Umar Tirtarahardja dan La
Sulo, 1994: 100).
Masyarakat Indonesia mempnyai perjalanan sejarah yang
panjang. Dari dulu hingga kini, ciri yang menonjol dari masyarakat Indonesia
adalah sebagai masyarakat majemuk yang tersebar di ribuan pulau di nusantara.
Melalui perjalanan panjang, masyarakat yang bhineka tersebut akhirnya mencapai
satu kesatuan politik untuk mendirikan satu negara serta berusaha mewujudkan
satu masyarakat Indonesia sebagaiu masyarakat yang bhinneka tunggal ika. Sampai
saat ini, masyarakat Indonesia masih ditandai oleh dua ciri yang unik, yakni
(1) secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social atau
komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan kedaerahan, dan
(2) secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara
lapisan atas, menengah, dan lapisan bawah.
Pada zaman penjajahan, sifat dasar masyarakat
Indonesia yang menonjol adalah (1) terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok
social atau golongan social jajahan yang seringkali memiliki sub-kebudayaan
sendiri, (2) memiliki struktur social yang terbagi-bagi, (3) seringkali anggota
masyarakat atau kelompok tidak mengembangkan consensus di antara mereka
terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar, (4) diantara kelompok relative
seringkali mengalami konflik, (5) terdapat saling ketergantungan di bidang
ekonomi, (6) adanya dominasi politiuk oleh suatu kelompok atas
kelompok-kelompok social yang lain, dan (7) secara relative integrasi social
sukar dapat tumbuh (Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/70).
Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya
pada zaman pemerintahan Orde Baru, telah banyak mengalami perubahan. Sebagai
masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik, baik secara
horizontal maupun secara vertical, masih dapat ditemukan, demikian pula halnya
dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya. Namun
niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta kemajuan
dalam berbagai bidang pembangunan, maka sisi ketunggalan dari “bhinneka tunggal
ika” makin mencuat. Berbagai upaya dilakukan, baik melalui kegiatan jalur
sekolah maupun jalur luar sekolah, telah menumbuhkan benih-benih persatuan dan
kesatuan yang semakin kokoh.
Berbagai upaya telah dilakukan dengan tidak
mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir
tersebut kini makin mendapat perhatian yang semestinya dengan antara lain
dimasukkannya muatan lokal (mulok) di dalam kurikulum sekolah. Perlu ditegaskan
bahwa muatan local di dalam kurikulum tidak dimaksudkan sebagai upaya membentuk
“manusia lokal”, akan tetapi haruslah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan “manusia Indonesia” di suatu lokal tertentu. Dengan demikian akan
dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan berjiwa
nasional akan tetapi yang memahami dan menyatu dengan lingkungan (alam, sosial,
dan budaya) de sekitarnya.
F. Sosiologi
sebagai Ilmu Sosial
Sosiologi digolongkan sebagai ilmu sosial karena
Sosiologi menggunakan masyarakat sebagai obyek pembelajarannya. Lebih jelasnya,
ilmu Sosiologi membahas tentang masyarakat dari berbagai sisi dan sudut pandang
yang beragam serta hubungan dan interaksi antar individu dalam masyarakat
tersebut.
Sosiologi
dapat juga dikatakan sebagai:
1) suku-suku
atau rumpun-rumpun sosial
2) ilmu yang
mengkaji ‘kekuasaan’ secara lebih khusus dan mendalam
3) ilmu
sosial yang lain
4) ilmu yang
mengkaji tentang masyarakat.
Sosiologi
dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan karena telah memenuhi unsur-unsur
atau syarat-syarat ilmu yaitu:
Bersifat empiris; bisa di nalar, tidak tentatif.Bersifat
teoritis; menyusun kesimpulan daribpengamatan terlebih dahulu. Kesimpulan
tersusun dari kerangka-kerangka pikiran yang logis sehingga menjadi sebuah
teori.Bersifat kumulatif; dapat diperluas, diperbaiki, dan diperhalus.Bersifat
non-etis; tidak menghakimi tapi memperjelas fakta.
G. Kegunaan
Ilmu Sosiologi bagi jurusan Hubungan Internasional
Hubungan Internasional adalah ilmu yang menggabungkan
ilmu politik,antropologi, dan berbagai macam ilmu sosial lainnya dalam satu
wadah ilmu. Halini sangat penting karena mahasiswa dan alumni jurusan
HubunganInternasional akan terlibat dalam masyarakat secara langsung setelah
lulus nanti; terutama masyarakat kelas atas dan orang-orang yang berpengaruh
dalam dunia diplomasi.
Untuk itu
diperlukan keahlian khusus untuk memahami masyarakat secara general,mengamati
tingkah laku masyarakat dan menarik kesimpulan serta melakukananalisis
cara-cara terbaik untuk mendekati suatu golongan masyarakat, tidak hanya
masyarakat kalangan atas namun juga masyarakat kalangan bawah. Seorang lulusan
hubungan Internasional haruslah bisa melakukan pendekatan pada dua kelompok
masyarakat agar visi dan misinya sebagai seseorang yang dapat menjembatani
komunikasi antar negara dapat tercapai.
Kegunaan
ilmu Sosiologi bagi jurusan Hubungan Internasional terbagi 3 :
1.Kegunaan
bagi masyarakat di negara sendiri
Untuk dapat menjembatani hubungan negara sendiri
dengan negara lain, langkah pertama yang harus diambil adalah memahami perilaku
masyarakat negara sendiri. Hal ini penting karena dengan memahami perilaku
masyarakat negara sendiri, seoranga lumni hubungan Internasional akan mampu
menganalisis situasi dan kondisi serta mungkin SWOT (Strength, Weakness,
Opportunities, Threats) dari negara sendiri untuk kemudian diolah lagi menjadi
sesuatu yang bisa menjadi solusi atas hubungan negaranya sendiri dengan negara
lain. Pertumbuhan sosial yang meningkat tajam juga menjadi salah satu alasan
bagi para mahasiswa dan alumni Hubungan Internasional untuk mempelajari
Sosiologi, karena dengan Sosiologi dapat dilakukan metode-metode pendekatan
untuk meneliti masyarakat yang kerap bertumbuh.
2. Kegunaan bagi masyarakat di negara lain
Insights atau pengetahuan yang dipunyai seorang
sarjana atau alumnus hubungan Internasional akan sangat berperan dalam membangun
komunikasi antara negaranya sendiri dengan negara lain, karena dengan begitu
masyarakat di negara lain-khususnya masyarakat yang berhubungan secara
diplomatis-akan mempunyai gambaran atas karakterisitik negara tersebut.
Dari insights atau hasil analisis sosiologis seorang
mahasiswa atau alumnus Hubungan Internasional juga dapat dibentuk opini publik
negara lain terhadap negara sendiri. Baik atau buruknya opini publik tersebut
tergantung pada keahlian seorang mahasiswa atau alumnus Hubungan Internasional
dalam memberikan pengarahan tentang citra masyarakat negaranya sendiri kepada
negara lain. Jika mereka berhasil menyampaikan keadaan masyarakat di negara
mereka sendiri dengan baik, tentu kesan yang didapat akan baik juga. Semakin
baik kesan yang dibuat oleh si mahasiswa atau alumnus Hubungan Internasional
tersebut kepada masyarakat negara lain, semakin baik pula kesan yang akan
ditangkap oleh masyarakat negara lain tersebut.
3. Kegunaan bagi diri sendiri
Poin ini adalah poin terakhir sekaligus poin yang
paling penting. Kegunaan belajar Sosiologi terhadap seorang individu adalah
kemampuan orang tersebut dalam menilai seseorang dan menemukan cara yang tepat
untuk berkomunikasi dengan orang lain akan terasah dengan baik dan tentu saja
skill semacam ini sangat berguna, baik untuk keperluan pribadi maupun keperluan
dalam melakukan pekerjaan. Poin dari pentingnya belajar Sosiologi dalam jurusan
Hubungan Internasional adalah karena Sosiologi membantu kita memahami
masyarakat secara bertahap serta mengasah kemampuan analisis kita. Dalam
Sosiologi, terkadang dibutuhkan quick analysis terhadap suatu perilaku
masyarakat dan hal itu menuntut solusi yang cepat pula, jadi otak kita terlatih
untuk melakukan quick analysis terhadap masyarakat – yang tentu saja akan mempercepat
dan menambah efisiensi terhadap pekerjaan atau riset yang sedang kita kerjakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai yang dikatakan oleh auguste comte sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial dalam masyarakat yang
sangat berguna dalam kehidupan masyarakat karna sosiologi dapat membantu
masyarakat dalam menyelesaiankan berbagai persoalan dalam kehidupan. Dan Secara
harfiah sosiologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antar
teman. Yang dimaksud hubungan antar teman meliputi antara orang yang satu
dengan orang yang lain, baik yang bersungguh-sungguh teman atau sahabat maupun
lawan atau musuh. Pengertian ini diperluas sedikit menjadi “Sosiologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat.”
B. Saran-Saran
Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi sebuah
konkrit yang harus di selesaikan dengan baik dengan demikian ilmu sosiologi
dapat membantu menangani dan menyelesaikan konkrit itu secara baik. Memang
tidak mudah untuk dapat menyelesaikan konkrit itu tapi dengan bermodalkan ilmu
sosiologi yang di dapat sedikit demi sedikit jika di laksanakan dengan baik
maka perlahan-lahan sebuah konkrit itu dapat terselesaikan.
Daftar Pustaka
William D Perdue.
1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA:
Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
Kamanto
Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
James. M.
Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition.
Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
Pitirim
Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
Randall
Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York:
Academic Press. Hlm. 19
George
Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28
Sosiologi:
KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Andrey
Korotayev, Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social
Macrodynamics, Moscow: URSS, 2006.
http://www.masbied.com/2010/03/20/landasan-sosiologi-pendidikan/#more-2410
0 Response to "Makalah Sosial Budaya Indonesia"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan Sopan Dan Seperlunya Saja
Jangan Lampirkan Link Aktif !